Selasa, 10 November 2015

bagaimana batas dan asas-asas ilmu pendidikan islam

BAB II
PENDAHULUAN


A.  Latar Belakang Masalah

llmu pendidikan Islam adalah ilmu pendidikan yang berdasarkan Islam. Islam adalah nama agama yang dibawa oleh nabi yang terakhir yaitu Nabi Muhammad saw. Islam merupakan ajaran mengenai kehidupan manusia yang berdasarkan dan bersumber dari Al-Quran dan Al-Hadits. Segala sesuatu yang berhungan dengan kehidupan sehari-hari sudah diatur didalam al-Quran, dan dipertegas kembali melalui hadits-hadits nabi Muhammad saw.
Dalam pendidikan, seseorang diberikan pertolongan kepada pelaku pendidikan atau peserta didik untuk menuju kedewasaan, istilah pendidikan Islam yaitu menuju kesempurnaan yang berdasarkan al-Quran dan hadits.  Yang memberikan pertolongan tersebut ialah seorang pendidik. Seorang pendidik harus memperhatikan peserta didiknya jika ingin mencapai tujuan pendidikan.
Ilmu pendidikan Islam tidaklah berdiri sendiri untuk menjadikan peserta didik menuju kesempurnaan. Ilmu pendidikan Islam juga membutuhkan ilmu-ilmu lain untuk mengembangkan kualitas peserta didik. Ilmu pendidikan Islam bersifat terbuka, menerima pengaruh dari berbagai disiplin ilmu pengetahuan yang relevan, namun tidaklah bersifat liberal, melainkan juga haruslah berpedoman kepada ajaran Islam yang terdapat dalam al-Qur'an dan hadits serta pendapat para ulama ulama.
Dengan adanya ilmu pendidikan Islam memberikan harapan kepada manusia untuk selalu mendekatkan diri kepada Allah swt. yang telah menciptakan manusia. Juga dapat memperbaiki hubungan antara manusia dengan manusia lainnya, serta hubungan manusia dengan makhluk lainnya. Menjadikan manusia berakhlak yang mulia. Pada hakekatnya ilmu pendidikan Islam sangat berhubungan dengan sumber pokok ajaran Islam yang senantiasa mengembangkan fitrah manusia.
B. Rumusan Masalah
1. Apa asas-asas dari ilmu pendidikan Islam?
2.  Bagaimana batas-batas dari ilmu pendidikan Islam?
C.Tujuan Penulisan

1. Mengetahui asas-asas dari ilmu pendidikan Islam.
2. Mengetahui batas-batas dari ilmu pendidikan Islam.



BAB II
PEMBAHASAN


A. Pengertian Pendidikan Islam
Menurut bahasa dalam artian bahasa arab, kata pendidikan berasal dari kata tarbiyah, dengan kata kerja yaitu rabba, sedangkan kata pengajaran berasal dari kata ta'lim dengan kata kerjanya allama. Ketikan digabung antara kata pendidikan dan pengajaran artinya tarbiyah wa ta'lim sedangkan pendidikan Islam artinya tarbiyah Islamiyah.
Kata tarbiyah yang kata kerjanya rabba artinya mendidik sudah digunakan pada zaman Nabi Muhammad saw. seperti yang terlihat pada ayat al-Quran sebagai berikut:
Terjemahannya:
Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah: "Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil.
Menurut Abdurrahman an-Nahlawi. kata al-tarbiyah lebih tepat digunakan dalam terminologi pendidikan Islam. Lafal al-tarbiyah berasal dari tiga kata yaitu Raba-yarbu yang artinya bertambah dan bertumbuh, Rabiya-yarbu dengan wazan Khafiyah-yakhfa atinya menjadi besar, dan Rabba-yarabbu dengan wazan madda yamuddu artinya memperbaiki, menguasai urusan, menuntun, menjaga, serta memelihara. Imam al-Baidhawi dan Al-Raghib al-Asfahani mengatakan bahwa lafal al-Rabb adalah al-Tarbiyah
Kata Ta'lim dengan kata kerjanya allama juga sudah digunakan pada zaman Nabi Muhammad saw. Menurut Abdul Fatah Jalal  proses Ta'lim lebih universal dari proses tarbiyah. Jalal memulai menjelaskan pendapatnya dengan menjelaskan tingginya kedudukan ilmu pengetahuan dalam Islam. Jalil mengutip al-Quran surah al-Baqarah ayat 30-34 serta pada ayat 151. Jalil juga menyatakan bahwa Ta'lim mencakup aspek-aspek pengetahuan lainnya, juga keterampilan yangt dibutuhkan dalam kehidupan pedoman berperilaku.
Sedangkan menurut istilah, pengertian pedidikan belum terdapat pada zaman nabi. Tapi usaha dan kegiatan yang dicontohkan nabi Muhammad saw. sudah menunjukkan kearah arti pendidikan saat ini.
Pendidikan menurut orang awam, adalah mengajari murid di sekolah, melatih anak hidup sehat,l melatih silat, menekuni penelitian, membawa anak kemasjid atau gereja, melatih anak menyanyi, bertukan dan lain-lain. Semua itu adalah pendidikan. Itu sudah mencukupi untuk orang awam.
Pendidikan menurut para ahli yaitu Ahmad D. Marimba bahwa pendidikan yaitu bimbingan atau pimpinan secara sadar oleh pendidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani anak didik menuju terbentuknya kepribadian yang utama. Pendidik bertanggung jawab dalam memberikan bimbingan serta pengarahan kepada peserta didik mengenai perkembangan jasmani dan rohaninya. Pendidik memberikan arahan secara sadar tidak secara main-main terhadap peserta didik. Semua itu dilakukan agar peserta didik mampu menuju kearah kesempurnaan pendidikan.
Menurut Mortiner J. Adler mengartikan pendidikan adalah proses dimana semua kemampuan manusia (bakat dan kemampuan yang diperoleh) yang dapat dipengaruhioleh pembiasaan, disempurnakan dengan kebiasaan yang baik melalui sarana yang artistik dibuat dan dipakai oleh siapa pun untuk membantu orang lain atau dirinya sendiri mencapai tujuan yang ditetapkannya, yaitu kebiasaan yang baik.
            Jadi dapat disimpulkan bahwa ilmu pendidikan Islam ialah proses yang dilakukan secara bertahap, berjenjang, terencana, terstruktur, serta terus menerus tentang pengetahuan dan nilai Islam kepada peserta didik melalui upaya pengajaran, pembiasaan, bimbingan, pengasuhan, pengawasan, pengasuhan, dan pengembangan untuk mencapai kesempurnaan hidup.                              
B.   Asas-Asas Pendidikan Islam
Asas berarti prinsip, asas ialah kebenaran yang jadi pokok dasar orang yang berpikir sekaligus bertindak dan sebagainya. Menurut Dagobert D. Runes prinsip adalah suatu kebenaran yang bersifat universal  serta menjadi sifat dari sesuatu. Asas pendidikan Islam merupakan suatu kebenaran yang menjadi dasar atau tumpuan berpikir, baik pada tahap perancangan maupun pelaksanaan pendidikan.
Adapun asas-asas ilmu pendidikan Islam diantaranya ialah:
1.     Asas Tut Wuri Handayani; asas yang kini semboyang kemendiknas, pada awalnya merupakan salah satu dari Asas 1922 yakni beberapa asas dari perguruan Nasional Taman Siswa (didirikan 3 juli 1922). Sebagai asas pertama, tut wuri handayani merupakan inti dari sistem among dari perguruan itu. Asas ataupun semboyan tut wuri handayani yang dikumandangkan oleh Ki Hadjar Dewantara dan dikembangkan oleh R.M.P. Sostrokartono dengan menambahkan dua semboyan lagi, yaitu Ing Ngarso Sung Sung Tulodo dan Ing Madyo Mangun Karso.Kini ketiga semboyan tersebut telah menyatu menjadi satu kesatuan asas yaitu: Pertama: Asas Ing Ngarso Sung Tulodo. Semboyan ini, saling mendukung antara semboyan yang satu dengan yang lainnya, karena ketika kita lihat arti harfiah dari semboyan ini adalah jika di depan memberi contoh terhadap yang di belakang. 
Kedua: Asas Ing Madyo Mangun Karso. Arti harfiah semboyan ini adalah jika ditengah-tengah memberi dukungan dan semangat. Kalau kita lihat dari arti asas ini, berarti asas ini selalu memberi semangat terhadap bangsa Indonesia ini.
Ketiga: Asas Tut Wuri Handayani. Semboyan yang ketiga ini merupakan inti dari semua asas di atas, karena asas ini kalau kita lihat dari arti harfiahnya adalah jika di belakang memberi dorongan. Menurut Dimas (2011:1) bahwa Asas Tut Wuri Handayani, dalam pendidikan ini harus meliputi: Pertama: Pendidikan dilaksanakan tidak menggunakan syarat paksaan. Peserta didik tidak harus dipaksa dalam hal belajarnya dalam satu sisi, kemudian dalam sisi yang lain bisa saja membutuhkan. Hanya saja, pendidik harus dan berkewajiban untuk menyadarkan peserta didiknya, hal itu bertujuan peserta didiknya semangat dalam thalabul 'ilm.
Kedua: Pendidikan adalah penggulowenthah yang mengandung makna: momong, among, ngemong. Among mengandung arti mengembangkan kodrat alam anak dengan tuntutan, agar anak didik dapat mengembangkan hidup batin menjadi subur dan selamat. Momong mempunyai arti mengamat-amati anak agar dapat tumbuh menurut kodratnya. Ngemong berarti kita harus mengikuti apa yang ingin diusahakan anak sendiri dan memberi bantuan pada saat anak membutuhkan;
Ketiga: Pendidikan menciptakan tertib dan damai (orde en vrede). Hasil dari pendidikan diharuskan dapat menciptakan lingkungan yang terib, dan damai antara sesama. Keempat: Pendidikan tidak ngujo (memanjakan anak). Peserta didik yang masih baru turjun ke dunia pendidikan, acapkali mereka selalu ingin dimanja, segala kebutuhannya selalu ingin dicapai, karena mereka menganggap sudah mengemban tugas yang yang berat dari orang tuanya. Orang tua yang mempunyai anak seperti ini haruslah bisa mengatasi masalah-masalahmasalah yang dihadapi anaknya, dengan cara melatih mereka.
Kelima: Pendidikan menciptakan iklim, tidak terperintah, memerintah diri sendiri dan berdiri di atas kaki sendiri (mandiri dalam diri anak didik). Pendidikan harus bisa menciptakan peserta didiknya mandiri, karena dalam pendidikan sudah diajari strategi-strategi dalam menjalankan hidup ini.
2.      Asas Belajar Seumur Hidup Hayat (Life Long Learning); asas ini merupakan sudut pandang dari sisi lain terhadap pendidikan seumur hidup. Menurut Tirtarahardja (2005:20), kurikulum yang dapat merancang dan mengimplementasikan dengan memperhatikan dua dimensi, yaitu: Dimensi vertikal dari kurikulum sekolah meliputi keterkaitan dan kesinambungan antara tingkatan persekolahan dan keterkaitan dengan kehidupan peserta didik di masa depan. Dimensi horisontal dari kurikulum sekolah yaitu katerkaitan antara pengalaman belajar di sekolah dengan pengalaman di luar sekolah.
Pendidikan Indonesia bertujuan meningkatkan kecerdasan, harkat, dan martabat bangsa, mewujudkan manusia Indonesia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berkualitas, mandiri hingga mampu membangun diri sendiri dan masyarakat sekelilingnya, memenuhi kebutuhan pembangunan dan bertanggung jawab atas pembangunan bangsa (Dimas, 2011:2). Kita akan berkualitas, mandiri, cerdas, berharkat dan bertabat, serta bertakwa kepada Allah setelah menjalani pendidikan, dengan pendidikan kita bisa berkualitas dan kita bisa apa saja, karena kita telah punya pengalaman pendidikan.
3.     Asas Kemandirian dalam Belajar; Baik asas tut wuri handayani maupun belajar sepanjang hayat secara langsung erat kaitannya dengan asas kemandirian dalam belajar. Asas tut wuri handayani pada prinsipnya bertolak dari asumsi kemampuan siswa untuk mandiri, termasuk mandiri dalam belajar. Dalam kegiatan belajar mengajar, sedini mungkin dikembangkan kemandirian dalam belajar itu dengan menghindari campur tangan guru, namun guru selalu siap untuk ulur tangan bila diperlukan. Perwujudan asas kemandirian dalam belajar akan menempatkan guru dalam peran utama sebagai fasilitator dan motifator.

Menurut Hasan Langgulung, pendidikan itu mempunyai asas-asas tempat ia tegak dalam materi, interaksi, inovasi dan cita-citanya. Jadi asas itu merupakan landasan yang menjadi tumpuan segalanya berada diatasnya. Dalam bukunya Asas-Asas Pendidikan Islam beliau menuliskan ada 6 asas dalam pendidikan, diantarana:
Pertama: asas-asas historis, yaitu asas yang mempengaruhi pendidik dari pengalaman masa lalunya, undang-undang dan peraturan-peraturan, batas-batas dan kekurangannya,
Kedua : asas-asas sosial yang memberinya kerangka budaya dari mana pendidikan itu bertolak dan bergerak; memindah budaya, memilih dan mengembangkannya
Ketiga : asas-asas ekonomi yang memberinya perspektif tentang potensi-potensi manusia dan keuangan, materi dan persiapan yang mengatur sumber-sumbernya dan bertanggungjawab terhadap anggaran belanjanya
Keempat : asas-asas politik dan administrasi yang memberinya bingkai ideologi (aqidah) dari mana ia bertolak untuk mencapai tujuan yang dicita-citakan
Kelima : asas-asas psikologis yang memberinya informasi tentang watak peserta didik, pendidik, cara-cara terbaik dalam proses pendidikan, pencapaian dan penilaian dan pengukuran dan bimbingan
Keenam :asas-asas filsafat yang berusia memberinya kemampuan memilih yang lebih baik, memberi arah mengenai suatu sistem, mengontrolnya, dan memberi arah kepada semua asas-asas yang lain.
Demikian penjelasan asas-asas dalam pendidikan, begitupun dalam pendidkan Islam, ada tambahannya yaitu asas keyakinan (aqidah) dan asas keteladanan. Asas keyakinan ini menjadi asas yang fundamental, karena dalam pandangan dan ajaran Islam, aqidah menjadi hal mendasar sebelum yang lainnya. Adapun asas keteladanan yaitu pada fase-fase tertentu, peserta didik memiliki kecenderungan belajar lewat peniruan terhadap kebiasaan dan tingkah laku orang di sekitarnya, khususnya pada pendidik yang utama (orang tua). Asas keteladanan efektif digunakan pada fase-fase ini, misalnya kisah Qabil dalam mengebumikan Habil adik yang telah dibunuhnya. Meniru contoh yang diberikan burung gagak dalam menguburkan gagak lain, dimana penguburan gagak tersebut merupakan ilham dari Allah SWT sebagaimana dalam firman-Nya Surat Al-Maidah :31

Artinya : Kemudian Allah menyuruh seekor burung gagak menggali-gali di bumi untuk memperlihatkan kepadanya (Qabil) bagaimana seharusnya menguburkan mayat saudaranya[410]. Berkata Qabil: "Aduhai celaka aku, Mengapa Aku tidak mampu berbuat seperti burung gagak ini, lalu Aku dapat menguburkan mayat saudaraku ini?" Karena itu jadilah dia seorang diantara orang-orang yang menyesal (QS. Al-Maidah : 31).
C.    Batas-Batas Pendidikan Islam
              Batas-batas artinya yang menjadi ruang lingkup, yang menjadi landasan, dasar-dasar ataupun batasan serta sumber dari pendidikan Islam. Seperti halnya dengan Islam yang menjadi pokok sumber hukumnya maka itu pulalah yang menjadi batasan dari ilmu pendidikan Islam. Adapun batas-batasan pendidikan Islam tersebut diantaranya: al-Quran, as-Sunnah, serta ijtihad.
             Al-Quran telah diakui sebagai firman Allah Swt. dan merupakan dasar hukum bagi umat Islam. Al-Quran adalah firman allah swt. yang diturunkan kepada nabi Muhammad saw. yang tertulis dalam mushaf dan diriwayatkan kepada manusia dengan jalan mutawatir dan membacanya merupakan ibadah. Sehingga sudah jelas bahwa al-Quran dijadikan sebagai batas atau ruang lingkup pendidikan Islam. Al-Quran merupakan sumber hukum umat Islam dalam kehidupannya maka dari itu al-Quran dijadikan pula sebagai sumber atau ruang lingkup ajaran ilmu pendidikan Islam yang pertama dan utama.
                As-Sunnah dijadikan sebagai ruang lingkup pendidikan Islam karena tidak terlepas dari fungsi as-Sunnah terhadap al-Quran. As-Sunnah adalah segala sesuatu yang dinukilkan kepada nabi Muhammad saw. baik itu perkataan, perbuatan, serta ketetapannya.
Oleh karena itu as-Sunnah dijadikan batasan pendidikan Islam yang kedua kemudian yang ketiga ialah ijtihad. Ijtihad adalah kesepakatan ulama-ulama (ilmuan syari'at Islam) dalam menetukan hukum syariat Islam yang ternyata belum ditegaskan hukumnya oleh al-Quran dan as-Sunnah.













BAB III
PENUTUP
A.      Simpulan
1.   Ilmu pendidikan Islam ialah proses yang dilakukan secara bertahap, berjenjang, terencana, terstruktur, serta terus menerus tentang pengetahuan dan nilai Islam kepada peserta didik melalui upaya pengajaran, pembiasaan, bimbingan, pengasuhan, pengawasan, pengasuhan, dan pengembangan untuk mencapai kesempurnaan hidup.  
2.    Asas pendidikan Islam merupakan suatu kebenaran yang menjadi dasar atau tumpuan berpikir, baik pada tahap perancangan maupun pelaksanaan pendidikan.
Adapun asas-asas ilmu pendidikan Islam diantaranya ialah:
a.       Asas Tut Wuri Handayani
b.      Asas belajar seumur hidup
c.       Asas kemandirian dalam belajar
d.      Asas keyakinan
e.       Asas keteladanan
3.   Batas-batas artinya yang menjadi ruang lingkup, yang menjadi landasan, dasar-dasar ataupun batasan serta sumber dari pendidikan Islam. Seperti halnya dengan Islam yang menjadi pokok sumber hukumnya maka itu pulalah yang menjadi batasan dari ilmu pendidikan Islam. Adapun batas-batasan pendidikan Islam tersebut diantaranya: al-Quran, as-Sunnah, serta ijtihad.
B.       Saran
Penyusun menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih banyak terdapat kekurangan dan ketidaksempurnaan dari apa yang dipaparkan. Oleh sebab itu, saran dan kritik yang sifatnya membangun sangat kami harapkan demi penyempurnaan makalah selanjutnya.
                                                                  



















DAFTAR PUSTAKA

Daradjat, Zakiah; dkkIlmu Pendidikan Islam, Ed. I. Cet. III; Jakarta: Bumi Aksara, 1996.
Tafsir, Ahmad. Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam. Cet. VI; Bandung: Remaja Rosdakrya, 2005.
Tirtarahardja, Umar. Pengantar Pendidikan. Jakarta : Rineka Cipta, 2000.







Tidak ada komentar:

Posting Komentar